Thursday, November 22, 2012

Entah Apa Yang Salah

Malam ini perjalanan dari FTUI ke kosan gue terasa hambar. Sorot lampu terasa lebih melankolis, lalu lalang kendaraan menjadi terasa sunyi, orang-orang terlihat muram, dan gue tidak lagi merasakan nikmatnya jalan kaki di malam hari. Entah apa yang salah.

Minggu ini memang terasa lebih sensitif dibanding minggu-minggu sebelumnya, minggu yang melelahkan. Bahkan sejumlah tawa tak juga menghapus awan muram itu, semua terasa menyebalkan, 100x lebih menyebalkan dibanding biasanya. Entah apa yang salah.

Bahkan, sebuah kondisi yang sudah gue sadari sebelum menjadi jelas pun, bisa begitu menggoncang gue ketika hal tersebut menjadi kenyataan. Rasa ini tidak dapat gue jelaskan. Terlalu berat, terlalu dalam. Bahkan untuk sekedar gue tuliskan dalam tulisan ini pun, gue kehabisan kata-kata untuk menggambarkan apa yang ingin gue ungkapkan. Entah apa yang salah.

Orang-orang itu berubah, tak ada lagi tempat untuk melepas lelah. Gue rindu orang-orang dengan sikap yang lama, salah satu kerinduan yang tidak terbalas. Seseorang yang baru dikenal pun bisa terasa menancapkan sebuah pahit, atas suatu perbuatan yang biasanya tidak gue anggap sebagai pahit. Bukan pahit yang dalam memang, namun tetap saja terasa pahit. Entah apa yang salah.

Hari ini pun semua terasa salah, tidak, terasa gue yang salah. Gue tidak benar-benar tersenyum hari ini, gue tidak benar-benar tertawa hari ini, semua tidak membekas. Tidak ada keasyikan, tidak ada kesenangan, tidak ada cinta, semua terasa hambar. Namun entah kenapa justru hal menyebalkan tidak turut terasa hambar, malah terasa lebih menyebalkan. Orang-orang seperti berlomba-lomba menjadi menyebalkan, menjadikan hari ini terasa begitu melelahkan. Entah apa yang salah.

Apa yang salah? Pertanyaan itu memenuhi nalar gue, meronta menginginkan jawaban. Tapi gue tetap tidak menemukan jawaban yang memuaskan, pikiran gue kusut tak dapat terurai. Satu-satunya jawaban yang bisa gue pikirkan saat ini adalah gue merasa menjadi unloveable person. Gue sedang tidak menjadi orang yang menyenangkan, orang yang dapat dicintai, bahkan untuk orang yang menyenangkan gue. Semua terasa salah, semua terasa hambar, semua terasa melelahkan. Entah apa yang salah.

Pada akhirnya gue merasa kesepian, semua terasa menjauh. Kesenangan, keasyikan, tawa, canda, bahkan rekan sejawat tak lagi ada di sekitar gue. Hilang dan sulit dicari. Mencoba mencari kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang mungkin terlewat untuk gue temukan di sekeliling gue, tapi tetap tak ada yang dapat gue lihat. Semua begitu gelap, muram, dan hambar. Entah apa yang salah.

Mencoba untuk mengeluh, namun hanya Tuhan yang ingin mendengar. Ingin sejenak menghilang dari kegelapan ini, mencoba mencari cahaya di sisi lain, tapi tak memungkinkan. Bahkan untuk sekedar melihat senyum yang menentramkan hati pun, sukar untuk dijumpai. Dia yang diharapkan datang dengan senyum malah turut menenggelamkan asa. Tak ada yang mengerti tentang apa yang gue rasakan, termasuk gue sendiri. Terlalu sulit dimengerti, terlalu rumit dipahami. Mungkin gue terlalu sensitif, atau memang semua berjalan dengan menyebalkan. Entahlah, entah apa yang salah.

God please tell me your plans, because I need your explanation...
 Pergilah sedih, pergilah resah, jauhkan aku dari segala prasangka..
Pergilah gundah, jauhkan resah, lihat segalanya lebih dekat..
Dan ku bisa menilai lebih bijaksana..
-Sherina Munaf – Lihat lebih Dekat-
Depok, 21 November 2012 - 22:14..

No comments:

Post a Comment